Tentang Sistem Pangan
Kerangka Kerja Sistem Pangan
Sistem pangan terdiri dari seluruh rakyat, lembaga, wilayah, dan kegiatan yang menjadi bagian mulai dari proses menanam bahan pangan, memproses, mengangkut, menjual, memasarkan, dan, tentu saja, mengkonsumsi pangan. Sistem pangan mempengaruhi pola makan melalui penentuan jenis makanan yang diproduksi, makanan yang dapat diakses secara langsung dengan mempetimbangkan nilai ekonomi, dan preferensi seseorang. Sistem pangan sangat penting untuk memastikan nilai gizi dan ketersediaannya, mata pencaharian, dan keberlanjutan lingkungan.

Seperti ditunjukkan pada kerangka di atas, bagian yang berbeda dari sistem pangan menyertakan rantai pasokan pangan, lingkungan yang mempengaruhi bahan pangan, dan faktor individu. Sistem pangan juga mencakup isu dan pencetusnya yang lintas sektoral (faktor pendorong dan penarik pada sistem, yang beberapa diantaranya berasal dari luar sistem pangan). Komponen, isu lintas sektoral, dan penyebabnya membentuk suatu sistem pangan yang dapat menyebabkan hasil positif maupun negatif.
Komponen Sistem Pangan
RANTAI PASOKAN PANGAN
Rantai pasokan pangan meliputi semua langkah yang diperlukan untuk menghasilkan dan mengangkut makanan dari lahan pertanian ke meja makan. Tahapan tersebut terdiri dari produksi pertanian, penyimpanan dan distribusi, pemrosesan dan pengemasan, ritel dan pemasaran, yang melibatkan petani, pengolah, grosir, pengangkut, dan pengecer.
Langkah-langkah pada rantai pasokan pangan semuanya saling berkaitan. Perubahan pada satu langkah dapat mempengaruhi proses lain pada rantai dan komponen dari sistem pangan seperti kualitas gizi dan daya beli.
Rantai pasokan pangan beroperasi pada skala dan tingkatan yang berbeda, tergantung kepada sistem pangan. Di pedesaan dan komunitas yang terpencil secara geografis, rantai pasokan pangan biasanya pendek – petani dan penghasil makanan dapat memproduksi makanannya sendiri untuk dikonsumsi secara pribadi atau menjualnya kepada tetangga di pasar setempat. Di area kota besar, rantai pasokan pangan biasanya lebih panjang dan kompleks – makanan biasanya diproduksi lebih jauh dan lebih banyak pihak yang terlibat dalam proses produksi, pemrosesan, pengemasan, dan ritel. Rantai pasokan pangan mengalami transformasi yang cepat, khususnya di negara berpendapatan rendah dan menengah, sehingga memicu interaksi yang lebih banyak antara orang-orang yang terlibat didalamnya di pedesaan dan perkotaan.
EKOSISTEM PANGAN
Ekosistem pangan adalah tempat dimana kita berinteraksi dengan sistem pangan dengan tujuan mendapatkan dan mengkonsumsi makanan. Termasuk didalamnya adalah tempat fisik dimana kita membeli makanan, seperti toko atau pasar, dan faktor budaya, sosial dan ekonomi yang menjadi pertimbangan pemilihan makanan. Ketersediaan makanan, daya beli, keamanan, kualitas, kenyamanan dan pengaruh pemasaran merupakan bagian dari arsitektur pilihan dalam ekosistem pangan. Karakteristik dari ekosistem pangan tersebut mempengaruhi pola makan seseorang dan mempengaruhi cara kita mengakses makanan.
FAKTOR INDIVIDU
Faktor individu melibatkan status ekonomi seseorang, situasi kehidupan secara keseluruhan, proses pemikiran, dan perilaku. Faktor tersebut mempengaruhi bagaimana kita berinteraksi dengan ekosistem pangan dan tentunya makanan apa yang dibeli, dipersiapkan, dan dikonsumsi. Contoh, pendapatan seseorang akan menentukan makanan apa yang terjangkau dan pengetahuan akan nutrisi atau kepedulian terhadap dampak lingkungan dapat mempengaruhi apa yang dibeli dan dikonsumsi. Lingkungan rumah dan pekerjaan dapat mempengaruhi berapa banyak waktu seseorang dalam berbelanja dan mempersiapkan makanan. Meskipun terdapat sejumlah penelitian mengenai faktor individu, tetapi data di berbagai negara tidak cukup tersedia secara umum.
Isu Lintas Sektoral
PEMERINTAHAN
Pemerintahan mencakup komitmen, kapasitas, dan akuntabilitas untuk mengidentifikasi, mengimplementasikan, mempromosikan, dan mengawasi solusi yang membawa dampak positif pada sistem pangan. Termasuk didalamnya adalah sektor umum, swasta, masyarakat sipil, dan individu meliputi berbagai skala geografis dan tingkat administratif, sehingga membutuhkan prioritas dan mekanisme koordinasi yang berbeda. Pemerintahan yang sukses perlu menciptakan visi bersama melalui proses inklusif dan partisipatif untuk dapat mengidentifikasi prioritas dan menyajikan panduan terkait hasil positif yang sudah dikerjakan. Dibutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak swasta dan masyarakat sipil untuk terlibat dalam membantu pemerintahan mewujudkan sistem pangan yang lebih baik.
DAYA TAHAN DAN KEBERLANJUTAN
Ketahanan sistem pangan merupakan kemampuan pelaku sistem pangan baik secara individu maupun kelembagaan untuk menjaga atau dengan cepat memulihkan fungsi penting dari sistem tersebut terlepas dari dampak gangguan, seperti pandemik Covid-19, perang di Ukraina, atau sejumlah peristiwa cuaca ekstrim akhir-akhir ini. Ketahanan dapat diukur pada tingkat yang berbeda mulai dari tingkat negara hingga individu. Kurangnya ketahanan dapat memicu kekurangan pangan atau terjadinya volatilitas harga yang dapat mempengaruhi sistem pangan. Banyaknya keterlibatan orang dan kompleksitas dari guncangan dan tekanan yang saling berhubungan menjadikan sistem pangan sangat penting untuk dikembangkan.
Ketahanan sistem pangan sangat penting diperhatikan untuk keberlanjutan, meliputi semua komponen sistem pangan dan hasilnya. Keberlanjutan sistem pangan harus memperhatikan hak asasi manusia, ketahanan pangan dan nilai gizi, mata pencaharian, dan kesehatan lingkungan saat ini untuk generasi selanjutnya sebagai target yang sangat penting. Akan tetapi, dibutuhkan usaha besar untuk meningkatkan semua bagian sistem pangan secara serentak, oleh karena itu membutuhkan pemahaman, sinergi dan pengelolaan yang seimbang antara bagian sistem pangan.
Faktor Pendorong yang Mempengaruhi Sistem Pangan
LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN IKLIM
Efek dari perubahan iklim telah menyebabkan meningkatnya kerawanan pangan. Pada tingkat produksi dalam sistem pangan, perubahan iklim memicu penurunan populasi ikan dan hasil panen bahan pangan. Tanaman makanan pokok yang tumbuh pada kondisi dengan karbon dioksida tinggi akan memiliki kandungan nutrisi yang berkurang (seperti protein, besi, dan zinc) yang mempengaruhi kualitas nutrisi makanan yang dikonsumsi masyarakat. Pada tahap penyimpanan dan distribusi pada sistem pangan, suhu yang lebih tinggi akibat perubahan iklim dapat memicu kerugian yang lebih besar. Peristiwa cuaca ekstrim juga menyebabkan kerugian pada tingkat produksi, penyimpanan, dan distribusi. Harga makanan dapat meningkat karena menurunnya hasil panen dan kerugian pertanian.
GLOBALISASI DAN PERDAGANGAN
Globalisasi membuat orang dan negara lebih saling terhubung dan saling bergantung. Ini membentuk ekonomi lokal dan mempengaruhi kesehatan dan gizi manusia secara positif dan negatif. Perdagangan dapat menciptakan peluang kerja baru, tetapi juga dapat meningkatkan persaingan bagi produsen lokal, yang dapat mengurangi harga produk domestik dan mengancam penghidupan petani kecil. Perdagangan dapat memungkinkan orang mengakses makanan yang mungkin tidak mudah tumbuh di tempat tinggal mereka atau kurang tersedia selama musim tertentu. Hal ini meningkatkan keragaman pasokan makanan dan akses ke makanan musiman sepanjang tahun. Ini juga dapat membuat beberapa makanan menjadi lebih murah melalui efisiensi dan persaingan. Biaya yang lebih rendah untuk makanan impor dan pakan hewan dapat meningkatkan akses ke makanan sumber hewan dan menyebabkan asupan protein yang lebih tinggi, yang penting bagi daerah dengan tingkat kurang gizi yang tinggi. Namun, globalisasi dan perdagangan juga dapat memiliki efek negatif pada pola makan dan gizi. Makanan tidak sehat telah menjadi semakin mudah diakses dan murah di seluruh dunia, sebagian karena kebijakan perdagangan dan periklanan yang luas. Pola makan orang telah berubah dari makanan yang lebih tradisional tinggi dalam makanan minim pengolahan menjadi makanan yang tinggi sumber hewan dan makanan ultra-pengolahan tinggi garam, lemak tidak sehat, dan gula tambahan. Semua perubahan ini telah berkontribusi pada peningkatan beban penyakit tidak menular.
PERTUMBUHAN PENDAPATAN DAN DISTRIBUSI
Dengan meningkatnya pendapatan rata-rata sebuah negara, makanan bergizi – seperti makanan hewani dan buah – menjadi lebih mudah diakses. Permintaan yang meningkat akan makanan hewani dapat mempengaruhi sistem pangan dengan adanya tekanan yang lebih besar pada ketersediaan sumber daya yang berpengaruh pada peningkatan emisi gas rumah kaca. Pendapatan yang meningkat juga dapat memicu masyarakat untuk membeli lebih banyak makanan yang tidak sehat, seperti makanan olahan. Pada negara berpendapatan tinggi, makanan yang lebih sehat – seperti buah dan sayur segar – biasanya lebih mahal daripada makanan olahan, atau makanan kemasan. Makanan yang lebih murah tersebut biasanya mengandung garam yang lebih tinggi, lemak tidak sehat, dan gula tambahan. Ketidaksetaraan peningkatan pendapatan membuat makanan sehat menjadi tidak dapat diakses oleh banyak orang.
URBANISASI
Urbanisasi terjadi secara global, dengan peningkatan tertinggi terjadi pada Masyarakat urban di Afrika dan Asia. Urbanisasi membentuk sistem pangan sebuah negara – menciptakan rantai pangan yang lebih panjang dan membatasi lahan pertanian, merubah ekosistem pangan melalui peningkatan jumlah supermarket pada sebuah area. Bertambahnya supermarket dapat meningkatkan akses terhadap makanan sehat dan tidak sehat, termasuk makanan olahan. Urbanisasi juga berhubungan dengan meningkatnya pendapatan, permintaan akan makanan siap saji, dan kebutuhan untuk makan di luar rumah. Urbanisasi dapat memicu banyaknya makanan tidak sehat dan ketidaktersediaan makanan sehat dan segar. Pada area tersebut, akses terhadap makanan segar dan sehat menjadi terbatas dan sayangnya justru makanan olahan menjadi sangat banyak.
Untuk area yang menghubungkan antara perkotaan dan pedesaan dapat dimanfaatkan untuk merevitalisasi perekonomian di wilayah pedesaan dan meningkatkan akses terhadap makanan sehat bagi penduduk di perkotaan dan pedesaan.
PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN MIGRASI
Dari tahun 2017 hingga 2050, populasi dunia diperkirakan meningkat menjadi lebih dari dua milyar penduduk. Negara-negara di Afrika dan Asia akan mengalami pertumbuhan penduduk yang paling cepat. Meningkatnya populasi menyebabkan lebih banyak tekanan pada sistem pangan yang ada. Dengan adanya perdagangan global dan migrasi, pertumbuhan populasi di suatu negara dapat mempengaruhi sistem pangan pada suatu wilayah. Ketidaksiapan suatu negara menghadapi migrasi yang disebabkan konflik atau peristiwa cuaca yang parah akan membuat sistem pangan tidak mampu menyediakan diet yang sehat.
POLITIK DAN KEPIMPINAN
Kebijakan suatu daerah terkait pertanian, gizi, dan perdagangan mempengaruhi sistem pangan. Kebijakan ekonomi dalam hal subsidi pertanian dan perdagangan dapat mempengaruhi ketersediaan makanan tertentu, yang kemudian dapat mempengaruhi asupan makanan. Pemerintah dapat mengimplementasikan panduan mengenai asupan makanan untuk mempromosikan pola makan yang sehat atau kebijakan pajak untuk tidak memicu konsumsi makanan yang tidak sehat seperti minuman manis dan makanan olahan. Dibutuhkan kemauan politik dan investasi untuk memastikan adanya sumber daya yang cukup untuk menciptakan sistem pangan yang berkelanjutan.
KONTEKS SOSIAL BUDAYA
Tradisi sosial dan budaya membentuk pola makan dengan mempengaruhi makanan apa yang diinginkan, kapan dan bagaimana makanan dipersiapkan, dan tradisi apa yang dilakukan. Pada budaya tertentu, makanan dapat merefleksikan status sosial seseorang di masyarakat atau di tingkat rumah tangga. Makanan yang diasosiasikan dengan status ekonomi lebih tinggi biasanya lebih diminati. Pada sebagian besar budaya, makanan merupakan bagian utama dalam liburan dan tradisi. Pengaruh budaya yang kuat terhadap makanan tradisional dapat mencegah peralihan ke makanan olahan dan makanan cepat saji. Pada banyak budaya, makanan disesuaikan dengan tahapan hidup contoh adanya perbedaan antara makanan dewasa dan makanan di masa kanak-kanak dan jenis kelamin, misalnya ibu yang sedang hamil atau menyusui akan memilih diet tertentu.
Hasil dari Sistem Pangan
POLA MAKAN DAN KETAHANAN PANGAN
Ketahanan pangan terjadi ketika “semua orang selalu memiliki akses secara fisik, ekonomi, sosial terhadap makanan bergizi, aman, dan cukup yang memenuhi kebutuhan mereka akan makanan untuk hidup yang sehat. Pola makan dipengaruhi oleh semua aspek dari sistem pangan, yang mempengaruhi gizi dan kesehatan. Pola makan yang sehat dimulai sejak masa awal kehidupan dan menyertakan keragaman makanan – makanan pokok bertepung, kacang-kacangan, buah-buahan, sayuran, dan makanan hewani, seperti daging, telur, dan produk susu, menyeimbangkan pemasukan dan pengeluaran energi, dan membatasi garam, lemak tidak sehat, gula tambahan, makanan olahan, dan minuman manis.
Di seluruh dunia, masyarakat masih tidak memiliki akses terhadap kalori yang cukup atau keragaman akan makanan sehat dan kaya nutrisi. Kekurangan akses ini menyebabkan kelaparan dan kekurangan mikronutrien. Meningkatnya pendapatan memudahkan orang untuk mendapatkan makanan kaya nutrisi seperti buah-buahan, sayuran, dan seafood. Akan tetapi, globalisasi dan pendapatan yang meningkat juga telah berkontribusi terhadap konsumsi makanan yang lebih tidak sehat, seperti makanan olahan dan minuman manis. Pola makan juga memiliki dampak besar terhadap lingkungan. Pola makan dan sistem pangan memiliki dampak yang besar terhadap penggunaan dan degradasi lahan serta sumber daya air, demikian juga dengan emisi gas rumah kaca dan perubahan iklim.
NUTRISI DAN KESEHATAN
Pola makan sehat sangat penting bagi gizi dan kesehatan. Pola makan yang tidak baik merupakan salah satu faktor resiko utama adanya penyakit dan kematian secara global. Pola makan tidak sehat dapat memicu kekurangan gizi, yang diasosiasikan dengan minimnya perkembangan kognitif dan rawan terkena infeksi. Pola makan kurang gizi yang esensial dapat memicu defisiensi mikronutrien. Anak-anak, wanita, dan populasi rawan gizi lainnya dicurigai memiliki hasil kesehatan yang kurang akibat defisiensi tersebut.
Pola makan yang melebihi asupan energi yang direkomendasikan dan tinggi kadar garam, lemak tidak sehat, dan gula tambahan dapat memicu kelebihan berat badan, obesitas, dan penyakit tidak menular yang berhubungan dengan pola makan, seperti diabetes dan penyakit kardiovaskular. Pola makan tinggi natrium dan rendah biji-bijian utuh, kurang konsumsi buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, dan asam lemak omega-3 akan berkontribusi terhadap meningkatnya resiko kematian. Selain itu, faktor keamanan makanan, resistensi antimikroba, dan penggunaan pestisida juga mempengaruhi sistem pangan bagi mereka yang terlibat di dalamnya.
MATA PENCAHARIAN, KEMISKINAN, DAN KEADILAN
Secara global, sistem pangan merupakan salah satu sektor utama dalam pekerjaan dan mendukung mata pencaharian bagi ratusan juta manusia. Akan tetapi, pendapatan yang diperoleh dalam sistem pangan seringnya berada jauh di bawah upah yang layak dan banyak yang bekerja di dalam sistem pangan adalah mereka yang paling miskin dan paling terpinggirkan di dunia. Kebanyakan pekerja bagian pertanian adalah mereka yang paling miskin, yang berpengaruh pada kemiskinan pekerja di sistem pangan mulai dari hulu ke hilir di area pedesaan maupun perkotaan. Mata pencaharian terkait sistem pangan juga tidak bersih dari pelanggaran hak pekerja termasuk perbudakan, tenaga kerja anak, pelecehan, dan kondisi kerja yang tidak aman. Perempuan dan penduduk migran merupakan kelompok yang rawan terhadap eksploitasi. Kesadaran akan penghidupan yang adil bagi semua yang bekerja di sistem pangan membutuhkan perubahan kelembagaan, dukungan kebijakan, dan investasi.
LINGKUNGAN
Sistem pangan memiliki dampak yang besar terhadap lingkungan, baik secara lokal maupun global yang mempengaruhi iklim, penggunaan lahan dan air, integritas biosfer, dan polusi. Aktivitas manusia telah melewati batas aman untuk iklim, polusi air, keanekaragaman hayati secara global dan penggunaan air tawar secara berlebihan. Semua area tersebut saling berkaitan, dan interaksinya saling menguatkan.
Pada pertanian, lahan dibersihkan dan kemudian ditaburi pupuk dan disirami air tawar, yang dapat memicu terjadinya eutrofikasi baik di sistem perairan tawar maupun lautan. Kegiatan ini menyebabkan hilangnya keragaman, dan menimbulkan emisi gas rumah kaca. Sistem pangan secara global berkontribusi pada 21 – 37% dari emisi gas rumah kaca. Produksi makanan menggunakan 40% lahan daratan yang bukan es, dan menggunakan 80% air tawar yang ada di bumi.
Dampak lingkungan sangat bervariasi berdasarkan kepada makanan apa yang dihasilkan dan metode produksinya. Produksi daging hewan memamah biak (seperti sapi, domba) dan produk susu dapat merusak lingkungan pada banyak konteks. Produksi membutuhkan lahan yang luas, air serta menghasilkan emisi gas rumah kaca dalam jumlah besar. Pertanian intensif membutuhkan lebih banyak pestisida dan pupuk. Selain itu, praktik mono-cropping – menanam tanaman yang sama pada area yang luas – dan produksi tanaman komersial dapat memicu hilangnya keragaman hayati yang dapat menghasilkan degradasi tanah dan sistem pangan yang kurang tahan terhadap kekeringan selain pengaruh dari peristiwa cuaca ekstrim lainnya.
Jenis Sistem Pangan
Tim DSP mengembangkan tipologi sistem pangan untuk menyorot pola umum pada rantai pasokan pangan dan ekosistem pangan yang ada di seluruh negara. Untuk suatu negara dikategorikan ke dalam lima jenis sistem pangan. Dengan membandingkan tipe sistem pangan yang berbeda tersebut, pengambil keputusan dapat memahami kompleksitas sistem pangan dan mulai mengidentifikasi area aksi prioritas pada sistem pangan mereka sendiri. Akan tetapi, perlu dicatat bahwa dalam satu negara dapat memiliki keragaman sistem pangan tergantung areanya yang dipengaruhi oleh modernitas dan tradisional.
PERDESAAN DAN TRADISIONAL
Pada sistem pangan di daerah terpencil dan masih tradisional, pertanian terutama dilakukan oleh petani kecil dengan hasil pertanian yang biasanya rendah kualitas dan kuantitasnya. Pada kebanyakan petani, produksi biasanya berfokus kepada makanan pokok, yang sebagian untuk dikonsumsi sendiri, dengan hasil panen yang sedikit. Makanan impor tidak banyak tersedia untuk konsumsi domestik. Rantai pasokan yang pendek disebabkan populasi yang lebih kecil sehingga menghasilkan banyak pasar lokal yang terbagi - bagi sesuai jenisnya. Kurangnya fasilitas pendingin dan penyimpanan menyebabkan kerugian pada hasil panen, sehingga membuat para produsen kurang menghasilkan variasi pada makanannya. Ini disebabkan oleh kuantitas dan diversitas makanan yang tersedia secara musiman, yang dipengaruhi musim yang buruk. Menyebabkan terjadinya perubahan harga musiman yang cenderung tinggi. Banyak negara dengan sistem pangan di daerah terpencil dan tradisional mengalami perubahan yang cepat dalam hal kesempatan kerja di bidang non pertanian di pedesaan (seperti penjualan hasil pertanian, pemrosesan makanan pokok, perdagangan skala kecil, dan penyimpanan). Makanan terutama dijual di outlet pasar informal, seperti di toko kecil, oleh pedagang kaki lima, dan di pasar daerah. Supermarket jarang ditemukan di luar kota besar, meskipun mulai banyak terdapat bersamaan dengan restoran cepat saji. Sistem pangan di lokasi terpencil ini biasanya telah mengadopsi panduan fortifikasi baik bersifat wajib atau sukarela untuk makanan pokok agar terhindar dari defisiensi mikronutrien.
INFORMAL DAN PERLUASAN
Pada sistem pangan informal dan meluas, produktivitas pertanian memiliki hasil yang rata-rata lebih tinggi daripada sistem pangan tradisional di tempat terpencil. Penggunaan input (seperti bibit dan pupuk) lebih besar. Pertanian skala kecil dan menengah mulai muncul. Rantai pasokan pangan modern umumnya adalah biji-bijian, dan makanan kering lainnya. Prosesor skala kecil, dan skala besar dan pusat distribusi juga tersedia. Rantai pasok yang modern juga muncul untuk makanan segar, meskipun rantai pasokan tradisional terus mendominasi karena sistem penyimpanan makanan yang lemah dan infrastruktur pasar yang tidak memadai. Makanan olahan dan kemasan tersedia baik di area pedesaan maupun perkotaan. Pemrosesan makanan menyertakan kombinasi bahan impor dan lokal. Permintaan akan makanan siap saji meningkat dengan tenaga kerja formal yang meningkat dan menyertakan lebih banyak perempuan. Urbanisasi dan peningkatan pendapatan juga berperan. Supermarket dan restoran cepat saji berkembang dengan cepat jika dibandingkan dengan sistem pangan pedesaan dan tradisional. Akan tetapi, kebanyakan orang memilih membeli bahan makanannya dari pasar informal terutama buah-buahan, sayuran, dan daging.
KEBERADAAN DAN DIVERSIFIKASI
Dalam menghadirkan dan mendiversifikasi sistem pangan, pertanian komersial skala besar dan menengah berada diantara deretan pertanian skala kecil. Pertanian skala kecil ini lebih terkait dengan pasar daripada jenis sistem pangan yang lebih tradisional. Rantai pasokan modern untuk makanan segar, termasuk buah, sayur, dan daging, berkembang lebih cepat. Area perkotaan mendapatkan sumber untuk makanan segar dan kering melalui rantai pasokan yang lebih panjang dan lebih mengandalkan impor makanan dibandingkan dari sistem pangan informal dan tradisional. Makanan olahan dan kemasan lebih tersedia di area pedesaan dan terjadi sedikit fluktuasi musiman dalam hal ketersediaan dan harga makanan yang mudah rusak. Supermarket umum ditemukan di kota kecil dan pasarnya tumbuh dengan cepat. Makanan olahan, didapatkan dari pasar informal, dan di supermarket yang semakin bertambah. Keamanan makanan dan standar kualitas dilakukan untuk pasar formal karena adanya keterbatasan pengawasan pemerintah. Negara dalam jenis sistem pangan ini mengadopsi pedoman diet berbasis makanan.
MODERNISASI DAN MEMFORMALKAN
Pada modernisasi dan memformalkan sistem pangan, produktivitas pertanian umumnya lebih tinggi daripada sistem tradisional dan informal. Pertanian yang lebih besar, lebih mengandalkan kepada mekanisasi dan pertanian intensif. Infrastruktur rantai pasokan pangan lebih dikembangkan, yang menghasilkan lebih sedikit kerugian pangan di pertanian dan di luar pertanian. Di pihak lain, sampah makanan meningkat dengan cepat, menyebabkan pembusukan pada akhir rantai pasokan menjadi sebuah tantangan. Manufaktur makanan dan minuman persentasenya lebih kecil dari keseluruhan manufaktur karena negara memiliki lebih banyak manufaktur pada sektor non-pangan. Kebutuhan akan makanan yang berenergi dari sumber pangan yang beragam telah meningkatkan peranan makanan impor untuk menjamin ketersediaan makanan yang beragam dan lebih baik sepanjang tahun. Beberapa jaringan supermarket berada di perkotaan, tetapi pertumbuhannya lebih lambat daripada perubahan yang terjadi. Supermarket dan outlet modern eceran lainnya semakin mendapat bagian yang besar untuk penjualan produk kering dan olahan, mengambil bagian yang lebih besar dari makanan segar, dan membuat konsumen berpenghasilan rendah cenderung akan berbelanja ke mereka. Peraturan pemerintah dan pengawasan keamanan makanan dan standar kualitas menjadi lebih umum. Akhir-akhir ini, pemberian label yang agresif dilakukan untuk makanan olahan.
INDUSTRIALISASI DAN PENGGABUNGAN
Pada sistem pangan industrialisasi dan penggabungan, pertanian merupakan proporsi kecil dalam perekonomian. Terdapat pertanian berskala besar dalam jumlah kecil yang melayani pasar internasional dan domestik (seperti hortikultura, makanan hewan, bahan makanan olahan, biofuel). Terjadi penggabungan pasar – dimana pengecer makanan skala besar mulai dari prosesor dan pedagang perkotaan mendapatkan langsung dari petani, sehingga menurunkan jumlah perantara di sepanjang rantai pasokan bersumber dari nasional dan internasional bagi hampir semua jenis makanan.
Banyaknya supermarket di area perkotaan dan metropolitan menyebabkan kemudahan untuk mendapatkan sumber pangan termasuk makanan segar. Hanya kota kecil yang kekurangan supermarket. Sektor pangan formal menguasai hampir semua makanan yang dikonsumsi secara domestik termasuk makanan segar. Terjadi pertumbuhan pada eceran makanan mewah, yang mengakibatkan tumbuhnya retail mewah dan hadirnya restoran cepat saji dengan kualitas lebih tinggi. Ini menyebabkan terjadinya kesenjangan sumber pangan yang dikaitkan dengan penghasilan. Negara dengan sistem pangan seperti ini mengadopsi kebijakan yang melarang penggunaan lemak trans-industri dan mendukung reformasi makanan olahan untuk menurunkan konsumsi garam.
